Xi Jinping mengancam Netanyahu, Israel marah atas akhirnya Gaza.

by -58 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – China ‘menembak’ Israel. Negara tersebut mengumumkan berhasil memediasi antara Hamas dan Fatah, dua kelompok Palestina, dengan perjanjian “rekonsiliasi nasional” untuk Gaza setelah perang, Selasa.

Hal ini membuat Israel marah dengan cepat. Dalam update terbaru Rabu (24/7/2024), Tel Aviv segera mengutuk kesepakatan Beijing tersebut.

Menteri Luar Israel Katz bersikeras bahwa “pemerintahan Hamas akan dihancurkan”. Ia juga menuduh Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas, dari faksi Fatah yang menandatangani perjanjian, mendukung serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang.

“Abbas mendukung para pembunuh dan pemerkosa Hamas,” klaimnya, seperti yang dilansir oleh AFP.

“Abbas hanya akan mengawasi Gaza dari jauh,” katanya juga menolak peran Otoritas Palestina di Gaza.

Keterlibatan Hamas dalam pemerintahan Gaza pascaperang sebenarnya tidak dapat diterima oleh Israel dan Amerika Serikat (AS). Keduanya menganggapnya sebagai kelompok teroris.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang saat ini di AS untuk berpidato di sidang gabungan Kongres, juga berjanji untuk terus melanjutkan perang di Gaza sampai Hamas dilenyapkan. Meskipun perang telah berlangsung sejak Oktober 2023 dan menewaskan hampir 39.000 warga sipil.

China menjadi tuan rumah bagi pembicaraan antara pejabat senior Hamas Musa Abu Marzuk dan utusan Fatah Mahmud al-Aloul serta 12 faksi Palestina lainnya. Anggota politbiro Hamas Hossam Badran menggambarkan keterlibatan China sebagai cara untuk melawan pengaruh AS.

“Amerika Serikat bias,” katanya.

AS menentang konsensus nasional internal Palestina serta bermitra dengan pendudukan (Israel) dalam kejahatannya terhadap rakyat kami,” tambahnya.

Teks perjanjian Beijing sendiri menguraikan rencana untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional berdasarkan persetujuan faksi-faksi Palestina yang akan menjalankan otoritas dan kekuasaannya atas seluruh wilayah Palestina. Ini mencakup Jalur Gaza serta Tepi Barat, termasuk wilayah yang dianeksasi Israel, Jerusalem Timur.

Perlu diketahui bahwa Hamas dan Fatah adalah rival. Keduanya terlibat dalam perang singkat berdarah pada tahun 2007 ketika kelompok Hamas menguasai Gaza. Fatah mendominasi Otoritas Palestina, yang memiliki kontrol administratif terbatas atas wilayah perkotaan di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Kepresidenan Palestina, dalam sebuah pernyataan, menyambut baik dukungan China untuk gencatan senjata segera, termasuk masuknya bantuan dari negeri Xi Jinping ke Gaza serta dukungannya terhadap upaya diplomatik Palestina lainnya.

Sementara itu, serangan Israel masih terus berlanjut. Di lapangan, Israel memerintahkan warga sipil untuk mengevakuasi diri dari sebagian wilayah Khan Yunis, daerah yang telah dinyatakan sebagai bagian dari zona aman kemanusiaan. Jet-jet tempur mereka menggempur kota tersebut, Senin. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 73 orang tewas dan lebih dari 200 orang terluka di wilayah tersebut dalam serangan terbaru Israel.

Militer Israel enggan memberi keterangan kepada wartawan. Namun dalam sebuah pernyataan, badan itu mengklaim pesawat-pesawat tempur dan tank-tank mereka menyerang dan melenyapkan teroris di daerah tersebut.

“Gaza sudah tamat, Gaza sudah mati, Gaza telah hilang. Tidak ada yang tersisa, tidak ada apa-apa,” kata seorang warga yang terpaksa mengungsi, Hassan Qudayh.

Perang juga telah menghancurkan sistem layanan kesehatan di Gaza. Rumah sakit berada di bawah tekanan yang sangat besar.

“Tidak ada tempat untuk menampung lebih banyak pasien… Ada kekurangan pasokan medis, jadi kami tidak bisa menyelamatkan pasien kami,” kata direktur Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Mohammed Zaqout.

(sef/sef)