Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menyatakan bahwa pusat perbelanjaan masih terus tumbuh meskipun kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak stabil. Untuk menjaga pertumbuhan ini, strategi khusus diperlukan, salah satunya adalah dengan memperhatikan daya beli masyarakat. Alphonzus juga mengimbau pemerintah untuk tidak membuat regulasi yang dapat menurunkan daya beli masyarakat lebih lanjut di tengah kondisi ekonomi sulit.
Dari sisi peritel, diperlukan strategi untuk menjual produk yang bersaing atau terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah. Bisnis yang saat ini mendukung pertumbuhan pusat belanja adalah bisnis Food and Beverage (FnB), sementara bisnis Departemen Store yang menjual fesyen mengalami situasi sulit.
Ketua Umum Himpunan dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah juga mengatakan bahwa FnB masih menjadi penopang utama ritel saat ini. Ia menekankan pentingnya adanya konsep-konsep baru dalam pertumbuhan bisnis di pusat belanja. Hal ini juga terlihat dari adanya toko-toko baru dengan konsep yang menarik seperti konsep toko Korea.
Budihardjo menilai bahwa pusat belanja masih akan terus berkembang dengan adanya konsep-konsep baru yang menarik bagi konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada daya beli yang cukup di Indonesia untuk mendukung pertumbuhan perdagangan.
Artikel asli ini dapat dilihat di tautan berikut: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240809090801-4-561662/bos-mal-kirim-alarm-tapera-ppn-12-bisa-jadi-borok-warga-ri-rem-jajan(https://cnbcindonesia.com/news/20240814123209-8-562961/bisnis-sedang-susah-umkm-minta-aturan-ppn-12-cukai-makanan-ditunda)