Pendudukan Israel di Daratan, Khamenei Iran Bersembunyi

by -50 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Perang Israel di wilayah Palestina telah menyebar ke Lebanon. Sejak pekan lalu, Israel telah mengebom wilayah Kola di ibu kota Lebanon, Beirut dan dari serangan tersebut telah menewaskan pemimpin kelompok Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Situasi pun kian memanas dan berpeluang kembali bereskalasi dengan rencana invasi darat Israel ke Lebanon. Berikut update terkait situasi di wilayah tersebut, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia pada Senin (30/9/2024).

Jenazah Nasrallah Ditemukan

Jenazah Nasrallah dilaporkan telah ditemukan pada Minggu waktu setempat. Mengutip Reuters, jenazahnya berada persis di lokasi serangan udara Israel Sabtu, di pinggiran selatan Beirut. Sumber medis dan keamanan mengatakan jenazahnya masih utuh. “Dua sumber mengatakan tubuhnya tidak memiliki luka langsung dan tampaknya penyebab kematiannya adalah trauma tumpul akibat kekuatan ledakan,” tulis laman itu dimuat juga oleh media Arab, Al Arabiya. Hal sama juga diberitakan AFP. Laman Prancis itu mengatakan bahwa jenazah Nasrallah telah ditemukan. “Jenazahnya ditemukan pada hari Sabtu dan dibungkus kain kafan pada hari Minggu setelah dimandikan,” kata sumber tersebut, yang meminta identitasnya dirahasiakan. “Upacara pemakaman dan penguburannya belum diatur,” tambah sumber tersebut.

Rencana Perang Hizbullah-Lebanon

Wakil kepala Hizbullah, Sheikh Naim Qassem, bersumpah bahwa kelompok bersenjata Lebanon siap menghadapi serangan darat Israel, meskipun pemimpinnya dan banyak komandan senior telah tewas. “Kami akan menang, seperti yang kami menangkan dalam konfrontasi dengan Israel pada tahun 2006,” katanya saat ia mengakhiri pesan video, seperti dikutip Al Jazeera. Israel belum menyerang kemampuan militer Hizbullah, kata Qassem. Meskipun mengalami kemunduran akibat pemboman di Lebanon dalam beberapa hari terakhir, ia berusaha untuk menegaskan bahwa kelompok bersenjata yang terkait dengan Iran itu akan terus berjuang. Menurutnya, Hizbullah akan terus melanjutkan tujuan utamanya meskipun ada serangan agresif terhadap warga sipil di Lebanon, dan tujuan Israel untuk menciptakan kekacauan. Sementara Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, berbicara kepada wartawan di ibu kota Beirut bahwa Lebanon siap mengerahkan tentara ke selatan. Ia juga telah menegaskan kembali komitmennya untuk segera melakukan gencatan senjata di Lebanon sambil menambahkan bahwa pemerintah siap mengerahkan tentara di selatan.

Daftar Target Israel di Timur Tengah

Israel terus menyerang di beberapa front di beberapa negara Timur Tengah. Berikut beberapa front yang menjadi target Israel. – Lebanon: serangan difokuskan di pinggiran selatan Beirut, termasuk Dahiya dan Lembah Bekaa di sebelah timur Beirut. Setidaknya 105 orang tewas. – Gaza: warga sipil tewas dalam serangan di seluruh wilayah kantong itu, menewaskan sedikitnya 28 orang. – Yaman: Pelabuhan Hodeidah dan daerah Ras Issa menjadi target, dengan sedikitnya empat orang tewas. Selain itu, serangan mematikan di seluruh Tepi Barat yang diduduki terus berlanjut, dengan lebih dari 700 orang tewas sejak Oktober tahun lalu.

Israel Bunuh Anak-Anak dan Perempuan

Serangan Israel di Lebanon telah menewaskan sedikitnya 136 orang dalam 24 jam terakhir. Di kota selatan Tyre, enam orang tewas. Kerabat korban mengatakan sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Keluarga menggali kuburan untuk menguburkan orang yang mereka cintai di tengah pemboman yang terus-menerus terjadi. “Kami masih memiliki orang-orang di bawah reruntuhan. Seorang pria tua, seorang wanita berusia 70 tahun, seorang pria berusia 90 tahun. Sebagian besar yang tewas adalah wanita dan anak-anak, dan seorang anggota tentara Lebanon, orang tuanya, saudara iparnya, dan saudara laki-lakinya menjadi martir,” kata Sawsan Halawi, salah seorang yang terluka dalam serangan itu dan seorang kerabat dari seorang korban tewas. “Semua orang yang dibunuh Israel adalah anak-anak dan wanita. Mereka mengubah kami menjadi Gaza kedua. Kami katakan kepada Israel: kami tidak takut dengan Anda atau senjata Anda, selama Tuhan bersama kami.”

Iran Sembunyikan Ayatollah Khamenei

Pasca kematian Nasrallah akibat serangan Israel, Iran dilaporkan telah mengamankan pemimpin tertinggi negara itu, Ayatollah Ali Khamenei, ke sebuah tempat aman. Mengutip Reuters pada Senin, dua pejabat regional yang diberi pengarahan oleh Teheran mengatakan Khamenei telah dipindahkan ke lokasi yang aman. Sumber itu juga menyebut Iran sedang berkomunikasi dengan Hizbullah dan kelompok proksi regional lainnya untuk menentukan langkah selanjutnya setelah pembunuhan Nasrallah. Secara terpisah, seorang sumber lain juga mengatakan bahwa Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), juga telah memerintahkan semua anggotanya untuk berhenti menggunakan semua jenis perangkat komunikasi. Ini setelah ribuan pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh Hizbullah meledak.

AS Beri Sinyal Terjunkan Pasukan ke Timur Tengah

Amerika Serikat (AS) kembali memberikan sinyal untuk menerjunkan pasukan ke Timur Tengah. Hal ini terjadi saat eskalasi politik di wilayah itu memanas lantaran serangan Israel ke Gaza, Palestina, serta Lebanon. Militer AS menyebut sedang meningkatkan kemampuan udara di Dunia Arab dan menempatkan pasukan pada kesiapan tinggi untuk dikerahkan ke wilayah itu. Pengumuman ini muncul dua hari setelah Presiden Joe Biden meminta Pentagon menyesuaikan postur pasukan di daerah tersebut. “AS bertekad untuk mencegah Iran dan mitra serta proksi yang didukung Iran mengeksploitasi situasi atau memperluas konflik,” kata juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Patrick Ryder dalam sebuah pernyataan Minggu waktu setempat, seperti dikutip Reuters. “Jika Iran atau kelompok yang didukung Teheran menggunakan momen ini untuk menargetkan personel atau kepentingan Amerika di kawasan tersebut, AS akan mengambil setiap tindakan yang diperlukan untuk membela rakyat kami.” Pernyataan Pentagon tidak memberikan banyak petunjuk mengenai ukuran atau cakupan pengerahan udara baru tersebut, dan hanya mengatakan bahwa “kami akan lebih memperkuat kemampuan dukungan udara defensif kami dalam beberapa hari mendatang.”

(luc/luc)