Pemerintah Amerika Serikat (AS) diam-diam menyetujui kampanye militer Israel di Lebanon meskipun secara terbuka Washington mendesak negara Yahudi dan kelompok militan Hizbullah untuk mencapai gencatan senjata. Hal ini dilaporkan oleh laman Politico, merujuk pada sumber-sumber dalam pemerintahan Israel dan AS.
“Dua pejabat Israel dan empat pejabat Amerika mengatakan Israel menguraikan strategi militernya kepada Washington pada pertengahan September dan menerima persetujuan melalui penasihat senior presiden AS, Amos Hochstein dan Brett McGurk,” demikian dilaporkan oleh Politico.
Meskipun ada kekhawatiran dari dalam Pentagon, Departemen Luar Negeri, dan komunitas intelijen bahwa permusuhan dapat meningkat menjadi perang besar yang melibatkan AS, Washington meyakini bahwa konflik Israel dengan Hamas dan Hizbullah dapat ‘dipisahkan’ dengan cara tertentu. AS berharap perang di Lebanon dapat mengekang pengaruh regional Iran yang mendukung kedua gerakan militan tersebut.
Namun, AS tidak bersedia mendukung kampanye Israel secara terbuka karena strategi tersebut dapat berbalik dan bertentangan dengan seruan AS untuk kehati-hatian dan deeskalasi. Sumber-sumber menyebut bahwa Israel telah memilih serangan “terbatas” di Lebanon atas permintaan AS sebagai tindakan lawan dari serangan darat besar-besaran.
Israel telah melancarkan kampanye pengeboman selama seminggu di Lebanon, mengakibatkan banyak korban jiwa termasuk warga sipil dan jutaan orang mengungsi. Sementara itu, Presiden AS Joe Biden kembali menegaskan seruannya untuk gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.