Hatihati! Inilah 3 Tanda Kondisi Ekonomi RI Mulai Memprihatinkan

by -35 Views

CNBC Indonesia – Menjelang pergantian kepemimpinan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi ke Presiden terpilih Prabowo Subianto, ekonomi Indonesia menunjukkan gejala pemburukan. Jika tidak segera ditangani, pertumbuhan ekonomi Indonesia berisiko turun di bawah 5% dan impian menjadi negara maju pada tahun 2045 bisa terancam. Indikasi pemburukan ini terlihat dari berbagai aspek dan didukung oleh data lapangan. Pemerintahan yang baru diharapkan bisa merespons dengan cepat terhadap pemburukan ini. Berikut ini adalah tiga tanda pemburukan ekonomi yang terjadi di Indonesia:

1. Lonjakan PHK
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat lonjakan jumlah PHK hingga September 2024 sebanyak 52.993 tenaga kerja di Indonesia. Angka ini naik 25,3% dari periode September 2023 dan naik 14,6% dari periode Agustus 2024. Sektor manufaktur masih menjadi sektor yang paling banyak mengalami PHK, terutama industri tekstil, garmen, dan alas kaki. DKI Jakarta mencatat tingkat pengangguran yang meroket hingga 575,93%. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mencapai 7.469 jiwa per Agustus 2024. Di Bangka Belitung, jumlah tenaga kerja ter-PHK meningkat 5.375,76% menjadi 1.807 tenaga kerja. Sedangkan Sulawesi Tenggara dan Sumatera Barat juga mengalami lonjakan yang signifikan. Kenaikan PHK ini diakibatkan oleh berbagai faktor, termasuk kenaikan cukai rokok.

2. Deflasi 5 Bulan Beruntun
Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut mulai dari Mei hingga September 2024. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 turun 0,12% secara bulanan. Hal ini dianggap sebagai fenomena langka karena terakhir kali Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut terjadi pada tahun 1999. Deflasi yang terjadi disebabkan oleh penurunan harga volatile food yang memberikan indikasi keberhasilan pemerintah dalam menekan harga pangan yang sudah naik tinggi.

3. Kontraksi PMI Manufaktur
Aktivitas manufaktur di Indonesia mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut pada September 2024. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) menunjukkan angka 49,2 pada bulan tersebut, menandakan kontraksi dalam sektor manufaktur. Kontraksi ini dipicu oleh turunnya permintaan dan meningkatnya stok barang di gudang. Faktor eksternal seperti lesunya perekonomian global juga mempengaruhi kontraksi ini.

Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah tegas untuk mengatasi pemburukan ekonomi yang terjadi agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa pulih dan mencapai target-target yang telah ditetapkan.