Israel di Ambang Kebangkrutan Ekonomi, Pengusaha Tutup Usaha dan Warga Melarikan Diri ke Luar Negeri

by -139 Views

Masyarakat Israel melakukan aksi demonstrasi besar-besaran di Tel Aviv dan sejumlah kota lainnya pada Sabtu (14/9/2024). Peperangan yang melibatkan Israel di Gaza, Lebanon, Yaman, dan Suriah, dalam satu tahun terakhir telah membuat aktivitas ekonomi di Negeri Zionis itu melemah. Tercatat, Israel telah mengalami gelombang kebangkrutan, dengan sejumlah besar warga juga memutuskan untuk lari dari negara itu.

Menurut laporan laman Turki, Anadolu Agency, biaya ekonomi dari serangan mematikan Israel di Gaza diyakini mencapai lebih dari US$ 67 miliar (Rp 1.047 triliun). Di sisi lain, ekonomi Israel tumbuh hanya 0,7% pada kuartal kedua tahun 2024, jauh di bawah perkiraan 3%.

“Harga-harga tinggi. Standar hidup menurun. Terjadi inflasi. Terjadi penurunan nilai mata uang Israel,” kata ekonom politik Israel, Shir Hever. Investasi asing telah mengering, dengan lebih dari 85.000 orang keluar dari angkatan kerja dan 250.000 lainnya mengungsi. Hever mengatakan jumlah orang yang pergi ini ‘tidak pernah terjadi sebelumnya’ dalam sejarah Israel.

Lebih dari 46.000 bisnis telah bangkrut selama perang ini. Ia juga menyebut bahwa tidak ada investasi yang masuk sejak perang Israel pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Pelabuhan Eilat juga bangkrut, yang merupakan satu-satunya pelabuhan yang dimiliki Israel di Laut Merah. Pariwisata berada di titik nol. Secara keseluruhan, investasi internasional di Israel hampir tidak ada sama sekali.

Israel saat ini sedang menghadapi sanksi dunia. Ini menyusul keputusan Dewan Keamanan PBB serta Mahkamah Internasional yang meminta agar Tel Aviv menghentikan serangannya ke Gaza. Ekonomi Israel sangat bergantung pada perdagangan internasional dan perjanjian internasional. Mitra dagang terbesar mereka adalah Uni Eropa. Ekonomi Israel akan runtuh di bawah sanksi internasional sampai mereka mengakui tuntutan hukum internasional.

Perang Israel dimulai saat milisi Gaza Palestina, Hamas, menyerang Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Hal ini memicu kampanye militer membabi buta Negeri Zionis ke wilayah kantong Palestina itu, di mana manuver ini telah menewaskan hampir 42 ribu warga sipil Gaza. Ketegangan ini kemudian meluas karena Israel juga melancarkan serangan ke Lebanon untuk menumpas Hizbullah. Iran ikut dalam peperangan dengan melontarkan ratusan rudal ke Israel pada pekan lalu.