Israel Semakin Agresif, AS dan Iran Berhadapan-Semit dengan Menerbitkan Ultimatum

by -42 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Situasi di Timur Tengah masih terus memanas. Israel terus menjatuhkan serangan ke Ibu Kota Lebanon, Beirut pada Rabu. Hal ini tetap dilakukan Tel Aviv meski mendapatkan penentangan keras dari sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS).

Berikut update terkait situasi di wilayah Timur Tengah saat ini, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia pada Rabu (16/10/2024).

Israel Klaim Serang ‘Infrastruktur Hizbullah’ di Nabatiyah

Setelah pengeboman kantor-kantor kota di kota Lebanon selatan, militer Israel mengatakan telah menyerang “puluhan target Hizbullah” di wilayah Nabatiyah. Angkatan udara menyerang “gedung-gedung militer, markas besar militer, dan gudang-gudang amunisi” yang “ditempatkan Hizbullah di dekat bangunan-bangunan sipil, dengan menggunakan penduduk sipil sebagai tameng manusia,” menurut keterangan militer Israel. Sementara kementerian kesehatan Lebanon mengatakan setidaknya lima orang tewas, termasuk wali kota kota itu, setelah sejumlah serangan udara Israel menghantam dua gedung kota. Militer Israel juga mengatakan pasukan Israel menyerbu sistem terowongan dan infrastruktur bawah tanah di Lebanon selatan, yang mencakup ruang-ruang hunian. Senjata-senjata telah ditemukan di sana. “Rute infrastruktur itu terletak di jantung sebuah desa, di bawah rumah-rumah warga Lebanon yang digunakan oleh teroris Hizbullah, yang memanfaatkan fasilitas-fasilitas sipil di Lebanon selatan secara sinis,” kata militer Israel.

Angkatan Laut Israel Menyerang Infrastruktur Hizbullah
Angkatan laut Israel telah menyerang puluhan target Hizbullah di Lebanon selatan dengan berkoordinasi dengan pasukan darat. Sementara Badan Pengungsi PBB mengatakan perintah evakuasi militer Israel kini memengaruhi lebih dari seperempat wilayah Lebanon. Ini terjadi dua minggu setelah Israel memulai serangan ke wilayah selatan negara itu, yang katanya ditujukan untuk mengusir Hizbullah. Israel telah meningkatkan tekanan terhadap Hizbullah sejak melancarkan serangan ke Lebanon setelah menewaskan para pemimpin dan komandan Hizbullah, termasuk sekretaris jenderalnya Hassan Nasrallah.

Pertempuran di Lebanon Memakan Korban Sipil
PBB meminta bantuan sebesar US$426 juta untuk mencoba menangani 1,2 juta warga Lebanon yang mengungsi dari bagian selatan negara itu serta pinggiran selatan Beirut. Sekitar 900 sekolah telah diubah menjadi tempat penampungan sementara bagi para pengungsi. Namun, itu masih jauh dari kata cukup. Pemerintah mengatakan bahwa sumber daya yang tersedia sudah sangat terbatas. Akibatnya, banyak terlihat orang-orang tidur di jalanan ibu kota, di sepanjang tepi sungai, di dalam kendaraan mereka, dan di mana pun mereka berada di Lebanon. Semua ini memakan korban besar bagi infrastruktur yang rapuh di negara tersebut. Pemerintah bersikeras bahwa gencatan senjata adalah satu-satunya solusi untuk dapat menangani kekerasan yang meningkat antara Hizbullah dan Israel saat ini.

Korban Tewas di Gaza Bertambah Jadi 42.409 Orang
Menurut data Kementerian Kesehatan terbaru, setidaknya 42.409 warga Palestina tewas dan 99.153 lainnya luka-luka dalam serangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023. Jumlah korban tewas tersebut mencakup 65 orang yang tewas dalam 24 jam sebelumnya. Kementerian juga mengatakan jumlah sebenarnya warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel jauh lebih tinggi dengan perkiraan 10.000 jenazah terkubur dalam kehancuran besar di Gaza.

Pasukan Israel Tembaki Rumah di Kota Gaza Utara
Tank-tank Israel telah menargetkan sebuah rumah di daerah Sabra di selatan Kota Gaza dengan dua peluru artileri, menurut laporan badan pertahanan sipil. Sejauh ini tidak ada korban luka yang dilaporkan. Tentara Israel kembali melancarkan serangan darat di Gaza utara 12 hari yang lalu. Didukung oleh pesawat tempur, tentara terus menggempur daerah yang porak poranda yang telah menyaksikan banyak serangan selama perang yang berlangsung setahun. Lebih dari 400.000 warga Palestina masih terjebak di daerah tersebut, tidak dapat bergerak ke selatan karena serangan darat yang mematikan.

Iran Warning Balas Dendam Israel dengan Rudal
Diplomat utama Iran mengatakan kepada kepala PBB Antonio Guterres bahwa Teheran siap untuk respons yang “tegas dan menyesalkan” jika Israel menyerang negaranya sebagai balasan atas serangan rudal. “Iran – sambil melakukan upaya habis-habisan untuk melindungi perdamaian dan keamanan kawasan – sepenuhnya siap untuk respons yang tegas dan menyesalkan terhadap setiap petualangan” oleh Israel, Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi mengatakan selama panggilan telepon pada Selasa malam dengan Guterres, menurut pernyataan dari kantornya, seperti dikutip Al Jazeera. Araghchi juga mengimbau PBB untuk menggunakan sumber dayanya “untuk menghentikan kejahatan dan agresi rezim Israel dan untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Lebanon dan Gaza”. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan minggu lalu tindakan pembalasan negaranya atas serangan Iran akan “mematikan, tepat dan mengejutkan”.

Ultimatum AS untuk Israel
Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada Israel bahwa pihaknya harus mengambil langkah untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza bulan depan atau mereka akan menghadapi pembatasan potensial pada bantuan militer AS. Pada Minggu (13/10/2024), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin menulis surat kepada para pejabat Israel untuk menuntut langkah konkret dalam mengatasi situasi yang memburuk di daerah kantong Palestina, di tengah serangan Israel baru di Gaza utara. Menurut surat itu, kegagalan Israel untuk melakukannya dapat berdampak pada kebijakan AS. Isi surat itu pertama kali dilaporkan oleh Israel News 12. “Kami sangat prihatin bahwa tindakan baru-baru ini oleh pemerintah Israel … berkontribusi terhadap percepatan penurunan kondisi di Gaza,” kata salinan surat yang diposting oleh seorang reporter Axios di X, seperti dikutip Reuters, Rabu (16/10/2024). Surat itu mengutip pembatasan yang diberlakukan Israel, termasuk yang pada impor komersial, penolakan sebagian besar gerakan kemanusiaan antara Gaza utara dan selatan, dan pembatasan “membebani dan berlebihan” pada barang apa yang dapat memasuki Gaza. Surat itu juga menguraikan langkah-langkah spesifik yang harus diambil Israel dalam waktu 30 hari, termasuk memungkinkan minimal 350 truk untuk memasuki Gaza per hari, menjeda pertempuran untuk memungkinkan pengiriman bantuan dan membatalkan perintah evakuasi kepada warga sipil Palestina ketika tidak ada kebutuhan operasional. “Kegagalan untuk menunjukkan komitmen berkelanjutan untuk menerapkan dan mempertahankan langkah-langkah ini mungkin memiliki implikasi untuk kebijakan AS … dan hukum AS yang relevan,” kata surat itu.

(dce)