Pertempuran antara Israel dan milisi Gaza Palestina, Hamas, masih mengalami jalan buntu. Hamas menolak usulan gencatan senjata yang ditawarkan oleh Israel dengan imbalan pembebasan sandera. Dalam pernyataan, kepala sayap politik Hamas, Ismail Haniyeh, mengatakan Israel harus menerapkan gencatan senjata sebelum negosiasi mengenai pembebasan sandera dapat dimulai.
Menurut Wall Street Journal yang mengutip pejabat Mesir, Hamas menolak tawaran Israel untuk menghentikan operasi darat dan udara di Gaza selama seminggu dan mengizinkan bantuan kemanusiaan lebih lanjut memasuki wilayah tersebut, dengan imbalan membebaskan 40 sandera, termasuk seluruh perempuan dan anak-anak yang diculik selama serangan 7 Oktober. Hamas juga mengatakan bahwa Israel harus membebaskan ribuan tahanan Palestina sebagai imbalan atas lebih dari 100 sandera yang tersisa di Gaza.
Laporan tersebut juga menyebutkan negosiasi penyanderaan tersebut direncanakan akan melibatkan, untuk pertama kalinya, perwakilan Jihad Islam Palestina.
Dalam perkembangan lain, resolusi PBB yang banyak tertunda akhirnya disepakati setelah perselisihan diplomatik selama berhari-hari. Veto AS tidak dilakukan dengan menghindari seruan gencatan senjata. Amerika dan Rusia sama-sama abstain. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan “gencatan senjata kemanusiaan” adalah satu-satunya cara agar bantuan “dapat disalurkan secara efektif.”
Hal ini meningkatkan tekanan terhadap Israel untuk memberikan akses kemanusiaan yang lebih besar dan memberikan peran yang lebih besar kepada PBB dalam mengoordinasikan pengiriman bantuan ke Gaza. PBB memperkirakan pertempuran tersebut telah menyebabkan 1,9 juta dari 2,4 juta penduduk Gaza mengungsi.