Penjualan mobil listrik atau electric vehicle (EV) di kawasan Asia Tenggara sedang meningkat pesat. Hal ini membawa potensi ekonomi yang besar bagi negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Kepala Departemen Bisnis Hyundai Motor Asia Pasifik, Hendry Pratama, mengungkapkan volume permintaan EV di kawasan ini dalam diskusi ‘Kemitraan Hijau Indonesia-Korea Selatan: Jalur Strategis dalam Industri Kendaraan Listrik’ yang diselenggarakan oleh FPCI dan Korea Foundation di Jakarta Selatan.
Menurut Hendry, Thailand masih mendominasi pasar ASEAN karena memiliki keunggulan kompetitif dengan banyak perusahaan Jepang yang membangun pabrik mobil di sana, sekarang beralih ke kendaraan listrik. Indonesia berada di posisi kedua setelah Thailand, disusul oleh Vietnam yang mayoritas didukung oleh brand otomotif VinFast.
Di ASEAN, pemain kendaraan EV berbeda-beda di setiap negara. Indonesia dan Thailand didominasi oleh perusahaan China, sedangkan Vietnam lebih banyak pemain lokal. Di tingkat global, China dan Amerika Serikat masih menjadi pemain terkemuka dalam industri EV.
Hyundai, produsen kendaraan asal Korea Selatan, telah memulai produksi mobil listrik Hyundai All New KONA Electric di pabriknya di Indonesia. Investasi Hyundai di Indonesia mencapai sekitar US$1,55 miliar hingga 2030, dengan tujuan meningkatkan penyerapan tenaga kerja lokal.
Pemerintah Kabupaten Bekasi juga akan memperluas jaringan stasiun pengisian daya listrik untuk memenuhi kebutuhan mobil listrik. Dengan demikian, masyarakat tidak perlu lagi melakukan perjalanan jauh untuk mengisi daya mobil listrik.